Jumat, 14 Desember 2012

Refleksi



Seketika semuanya mengajakku berefleksi
Bahkan waktu! Yang katanya tak mau kompromi
Kali ini ia biarkan aku berkelana
Menjajaki tiap langkah yang telah kutapaki
Memandang lagi diri ideal yang selama ini dimimpi
Dan melihat diri aktual yang tak tahu diri

Apa yang telah ku perbuat?
Selama ini mencoba menjadi idealis sejati
Yang tanpa tengok kanan kiri
Memberantas kejahatan dan membela mereka yang menangis bak anak tiri

Namun nyatanya?
Hanya seonggok daging tanpa nyali
Yang hanya bisa pelongo kanan kiri
Berkonform dengan mereka yang menyatakan apatis, tak mau diintervensi

Aku belum melakukan apa-apa
Aku belum dapat bersikap dan bertindak sesuai hati nurani
Membela mereka yang kecil, yang meratapi nasib
Aku menjadi mereka yang kurutuki siang-malam sore-pagi
Yang selalu mendongak, menatapi permasalahan tingkat tinggi
Dengan intrik-intrik busuk politisi
Yang tidak mau merendah, merasakan pilu mereka dan tergugah empati

Dan kembali ku teringat katanya yang buatku terhenyak
“Kita takkan mendapatkan apa-apa, kita tak menanamkan apa-apa”

Sesal



Seperti pintamu, aku diam
Kataku tak tersampaikan
Sesal pun takkan mempan melintasi bentenga acuhan
Asumsiku mungkin keliru
Atau memang bukan itu yang membuatmu sendu
Bukan rindu padaku, bukan isak karnaku?
Ah, lagi-lagi aku berasumsi

Pesan itu menghentikan arus darahku
Entahlah, aku tak menyangka akan separah ini jadinya
Yang kutahu aku mengikuti kata hatiku
Berharap kau mengerti aku kan sangat tersiksa jika ku berada di sana
Karna topeng itu akan kembali terpasang
Dan batinku aan meronta

Ya, cerca aku: “egois!”
Maki aku: “pengecut!”
Aku hanya butuh oksigen setelah himpitan prioritas yang selama ini ku junjung mulia
Sesederhana menikmasti kehangatan dalam derasnya hujan
Tanpa hingar bingar, keramaian dalam topeng muka dua

Aku hanya berharap keegoisanku ini kau mengerti
Menjadikan murkamu tak lagi disertai jilat api
Sehingga kita dapat tertawa lagi
Saling mengisi hari dan terlahir kembali 

- untuk sahabatku yang murka. sudah lama kita tak jumpa, bercengkerama. mari rapatkan lagi barisan, tak sabar rasanya untuk kembali tertawa bersama.